√Opini Cerpen “Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri”


Serangkai Kisah

Cara asik melepas imajinasi
aksaramila.my.id

Opini Cerpen “Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri”

6 komentar

Opini Cerpen 

Karya Heru Sang Amurwabumi



Judul : Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri

Karya : Heru Sang Amurwabumi

Penikmat Karya : Niah Jee

 

Ulasan dan Opini :

Membaca cerita berjudul “Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri” membawa saya merasakan situasi yang tergambar dalam cerita tersebut. membuat saya bergidik. Gaya penuturan yang khas dari seorang penulis ternama tersebut, mampu menghantarkan pesan yang tersirat dari peristiwa yang dimaksud.


TEMA

Tema tentang kepahlawanan tergambar jelas dari cerita yang disampaikan penulis dalam kisah ini. Diluar tema, saya tertarik dengan judulnya, jika diamati judul yang diambil oleh penulis, maka tergambar jelas bahwa ini merupakan perjalanan seorang tokoh pejuang (yang sempat dilupakan) Indonesia dimulai dari tanah kelahirannya di Nagari Pandam Gadang, Gunuang Omeh, dilanjutkan dengan sepak terjangnya di Moscow saat diusir dari Indonesia, lalu berakhir (meninggal) di Kediri. Judul yang tidak singkat namun padat, jelas dan unik, menurut saya.

 

LOGIKA CERITA
Cerita ini, merupakan alur mundur. Diawali oleh tokoh yang menemui ajalnya melalui berondongan peluru dari senjata eksekutor saat tokoh tengah bersembunyi di perbukitan pedalaman Gunung Wilis, berlanjut pada tokoh yang bersembunyi di Gunung Wilis saat ia merasakan keberadaannya sudah diendus oleh para petinggi pemerintah. Kemudian penulis juga mengulas sedikit tentang perjalanan tokoh pada masa puluhan tahun lalu tentang latar pendidikan dan aktivitasnya.

Kemudian penulis menceritakan kondisi dimana seorang tentara berpangkat Kopral menemui atasannya yang berpangkat Sersan untuk segera menghadap Komandan Batalyon, lalu menuturkan proses penyergapan hingga eksekusi.


LATAR
Pengambilan latar sejarah dalam cerpen ini, memberikan nilai tambah dan manfaat bagi pembaca (terkhusus saya), karena membaca cerpen ini membuat saya bolak-balik bertanya kepada mbah gugel tentang banyak hal. Termasuk saat mencari tahu siapa tokoh dibalik cerita yang dikisahkan oleh penulis dalam cerpen ini. Saya jadi lebih mengenal siapa itu Tan Malaka, sepak terjang serta sejarah hidup beliau.

Termasuk saat penulis bercerita dengan latar di markas militer, yang terletak di kaki Gunung Wilis yang sangat sejuk dan segar, berikut saya ambil penggalan ceritanya (saya copas).

“Ruang kerjaku menghadap ke barat, ke arah puncak Gunung Wilis. Setiap hari sebelum mulai bekerja, aku memang selalu menyempatkan diri menatap ke luar seperti ini. Di pagi hari, bila pandangan diarahkan ke kiri, aku bisa melihat orang-orang sedang berjalan kaki memanggul cangkul. Anak-anak menggiring hewan gembalaan. Sementara di sisi kanan, tampak kesibukan pagi sebagian tentara penghuni markas militer yang baru kutempati enam bulan ini.

Selain ketegangan, kegetiran dan keseriusan dari kisah ini, penulis menyisipkan kesejukan dan kedamaian melalui penyajian cerita di atas. Terus terang saya menjadi penasaran dan ingin bertanya langsung kepada penulis menyoal penggalan cerita di atas, tersebab saya belum berhasil menemukan penggalan kisah tersebut di laman mbah gugel. Entah saya yang sudah terlalu ngantuk hingga tidak menemukan informasinya atau kah mbah gugel pun sudah lelah? :D


SUDUT PANDANG
Penggunaan POV 1, cukup mempermudah pembaca untuk mendalami peran aku yang disuguhkan dalam cerpen ini. Namun, lagi-lagi ada yang membuat saya penasaran dan sampai berulang kali bertanya kepada mbah gugel, saya belum menemukan informasinya.

Hal ini mengenai siapa tokoh yang berpangkat Sersan yang ditulis dalam cerita tersebut?

Jika saya mencari tahu tentang siapa saja tokoh-tokoh dalam peristiwa penangkapan dan eksekusi Tan Malaka, maka saya menemukan sebuah tulisan melalui sebuah laman sindonews.com berikut penggalan tulisannya (saya copas):

“Tan Malakan melarikan diri ke selatan Jawa Timur. Saat menyusuri Gunung Wilis di Selopanggung, Kediri, ia ditangkap Letnan Dua Sukoco dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.Pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dieksekusi mati oleh Suradi Tekebek. Dia dimakamkan di Selopanggung, Kediri.

Dari penggalan tersebut jelas dikatakan bahwa yang menangkap Tan Malaka adalah Letnan Dua Sukoco, sedangkan dari cerita yang dituturkan oleh penulis melalui tokoh aku, bahwa yang menangkap Tan Malaka di tempat persembunyiannya di puncak bukit Gunung Wilis adalah berpangkat Sersan.

Catat, dua poin yang ingin saya tanyakan kepada penulis cerpen ini.

 

GAYA BAHASA & PESAN CERITA
Gaya bahasanya masih sulit untuk saya ikuti, diksinya yang apik, tepat, mendalam dan to the poin, menjadi nilai plus plus plus bagi saya sebagai penggemar beliau. Saya mengenal penulis (dan penulis belum mengenal saya :D ) lewat komunitas ODOP, penuturan penulis yang santun tergambar lewat karya-karyanya. Menurut saya, itu merupakan ciri khas dalam gaya tulisannya.

Pesan moral dalam kisah ini mengajak kita untuk lebih mengenal dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk tanah air.


PENUTUP
Penikmat karya ini, hanyalah insan yang fakir ilmu dan ingin terus menjadi lebih baik, yang mencoba menyelesaikan tugasnya di pekan ke-empat, dengan harapan mampu mengasah ketajaman rasa dalam memaknai sebuah karya. Apabila ada kritik, saran dan sanggahan, silahkan lempar di kolom komentar dengan bahasa yang santun.

Karya apik dari Gurunda Heru Sang Amurwabumi ini, bisa dibaca di sini 


#OneDayOnePost

#opini

#tugaspekanempat




 

 


Niah Jee
seorang penyuka senja dan pecinta bintang

Related Posts

6 komentar

  1. Lengkap sekali ulasannya. Silakan menebak, siapa tokoh "Aku" pada cerpen di atas. Pembaca bebas menafsirkannya.

    Terima kasih sudah berkenan beropini terhadap cerpenku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Cak. Maaf banyak kekurangan.
      PR besar, menebak si "Aku", hehe..

      Suatu kehormatan Cak Heru berkenan mampir, terima kasih.
      🙏



      Hapus
  2. Balasan
    1. Makasih, Kak.. Alhamdulillah, bi idznillah

      Hapus
  3. Nah, aku tuh siapa sih jadi penasaran sampai sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,, seperti Cak Heru bilang, dikembalikan lagi kepada para pembaca. Tapi aku juga penasaran, dari sudut cerita Cak Heru, siapa sih si "Aku" ini.. hihi..

      Hapus

Posting Komentar